FLAVANOID
Flavonoid
merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa ini terdiri dari
lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan dalam kandungan
tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen
yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang
dihasilkan.Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah
bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk
menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Tidak ada
benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi
keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan
warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru,
yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara
biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman
oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat
menolak sejenis ulat tertentu.
Flavonoid adalah golongan fenol alam
yang tersebar luas dalam tumbuhan. Menurut perkiraan , kira-kira 2% dari
seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan atau sekitar 1.000.000.000 ton
per tahun diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan dengannya.
Diduga flavonoid sudah ada di alam ini telah cukup lama, yang terdapat pada
ganggang hijau lebih 1 milyar tahun silam. Tidak ada senyawa yang begitu
menyolok seperti flavonoid yang memberi keindahan dan kesemarakan pada bunga
dan buah-buahan di alam, misalnya flavin memberi warna kuning atau jingga,
antosianin warna merah, ungu atau biru dan secara biologis dia
memainkan peranan penting dalam proses penyerbukan pada tanaman oleh
serangga. Pada mulanya para ahli tertarik pada antosian, yang merupakan pigmen
tumbuhan flavonoid. Kemudian diketahui pula bahwa dalam buah-buahan,
sayur-sayuran dan biji-bijian mengandung berbagai jenis senyawa flavonoid.
Disamping sebagai pigmen tumbuhan, flavonoid diketahui pula berperan dalam
pertumbuhan, pertahanan diri dari serangan hama dan penyakit, tabir surya, dan
sinyal kimia untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Bagi manusia golongan
senyawa ini memberi manfaat yang cukup banyak seperti, antioksidan,
antiinflamasi, immunostimulan, antikanker, antivirus dan antimikroba.. Tanin
yang termasuk golongan senyawa ini telah lama digunakan sebagai penyamak kulit
dan pewarna kain. Berbagai komoditi penting seperti teh, coklat dan anggur,
mutunya sangat ditentukan oleh warna maupun rasa yang berasal dari flavonoid
yang terdapat didalamnya.
Istilah flavonid yang
diberikan untuk senyawa-senyawa fenol ini berasal dari kata flavon, yakni
nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim
ditemukan .
Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pastilah ditemukan pada
setiaap telaah ekstrak tumbuhan. Oleh karena itu, para ilmuwan perlu kiranya
untuk mengetahui cara mengenal, mengisolasi, dan mengidentifikasi bahan alam
tersebut dalam berbagai bentuk.
Asal usul Biogenetik
Spekulasi awal
mengenai biosintesis flavonoid dijelaskan oleh Robinson (1936) mengatakan bahwa
kerangka C6 – C3 – C6. dari
flavonoid berkaitan dengan kerangka C6 – C3 dari
fenilpropana yang mempunyai gugus fungsi oksigen pada para, para dan meta atau
dua meta dan satu para pada cincin aromatik. Akan tetapi, senyawa-senyawa
fenilpropana, seperti asam amino fenil- alanin dan tirosin, bukannya dianggap
sebagai senyawa yang menurunkan flavonoid melainkan hanya sebagai senyawa yang
bertalian belaka.
Pola biosintesis
flavonoid pertama kali diusulkan oleh Birch, yang menjelaskan bahwa
tahap pertama biosintesis flavonoid suatu unit C6 – C3 berkombinasi
dengan 3 unit C2 menghasilkan unit C6 – C3 –
(C2+C2+C2). Berdasarkan atas usul tersebut
maka biosintesis dari flavonoid melalui 2 jalur bisosintesis yaitu poliketida
(asam asetat atau mevalonat) dalam membentuk cincin A berkondensasi 3 molekul
unit asetat, sedang cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propana berasal
dari jalur fenilpropana (shikimat)
Senyawa flavonoid
adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat
warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen
tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada
buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk
pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur
merah, dan obat herbal.
Senyawa ini
berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi
makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu.
Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan
proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa
flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori,
kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi
sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal
pada polinasi dan fertilitas jantan.
Senyawa
flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang Amerika bernama
Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan ekstrak vitamin C (asam
askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati penderita pendarahan kapiler
subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan. Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh
bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon
juga dapat menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas
senyawa tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses interaksi
antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme sel
atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun
bersifat positif (menstimulasi).
Sifat Kimia dan Fisika dari Senyawa
Flavonoid
Flavonoid
merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak
asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi(gugus
hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar
seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil
formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus
flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.
Pemisahan
senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai macam
pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut :
1. Flavonoid
bebas dan aglikon,dalam eter .
2.
O-Glikosida,dalam etil asetat.
3.
C-Glikosida dan leukoantosianin dalambutanol dan amil alkohoI.
Oleh karena
itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.
Klasifikasi Senyawa Flavonoid
Flavonoid
merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar luas. Sekitar
5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur kimia dan
peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur shikimate dan
fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid banyak
terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan berpembuluh.
Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh
karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi flavonoid.
Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar fenilbenzopiron
(tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang terdiri dari
satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi gugus kimia pada
flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi dan glikosilasi.
Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang mengklasifikasikan
flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin,
dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan
jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk monomer, tetapi
terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan polimer.
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata
flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam
tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana
posisi orto dari dari cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari
1,3 diarilpropana dihubungkan oleh jembatan oksigen sehingga membentuk cincin
heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa
flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari
rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin
adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut sebagai
flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai
tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa
jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae. Masing-masing jenis senyawa
flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa
cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida mempunyai pola
oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan 6. Cincin B flavonoida
mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para
dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu
mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan
kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosiklik dalam senyawa trisiklis.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,
dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantaipropana (C3) sehingga
membentuk suatu susunan C6-C3-C6.
Flavonoid termasuk
dalam golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (White dan Y.
Xing, 1951; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar 1). Kerangka
flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan
cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen dan bentuk
teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke dalam sub-sub
kelompoknya (Hess, tt). Sistem penomoran digunakan untuk membedakan posisi
karbon di sekitar molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996).
Berbagai
jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid sebagai salah
satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan
buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan
dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya mengkelat
logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai samping glukosa) atau
dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett et al.,1954).
Pada sorgum
yang diekstraksi dengan metanol, didapatkan tiga jenis anthocyanogen flavonoid,
satu jenis merupakan flavonone (kemungkinan eriodictyol) dan sisanya adalah
anthocyanidin (pelargonidin) (Yumatsu et al., 1965). Narasimhan et al. (1988,
1989) melaporkan bahwa telah ditemukan komponen aktif dari ekstrak kulit gabah
dua kultivar padi, Katakura (Oryza sativa Linn, var. Indica; berumur panjang)
dan Kusabue (Oryza sativa Linn, var. Japonica; berumur pendek), berupa
substansi flavonoid dan salah satunya diidentifikasi sebagai isovitexin, yaitu
senyawa C-glycosil flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan sebanding
dengan a-tokoferol. Kemudian oleh Osawa et al. (1992) telah
diisolasi suatu senyawa flavonoid baru dari daun green barley muda (Hordeum
vulgare L. var. nudum Hook) yang diidentifikasi sebagai
2’’-O-Glycosylisovitexin (2’’-O-GIV). Berdasarkan pengujian dengan sistem
peroksidasi lipid, 100 mM senyawa 2’’-O-GIV pada pH 7,4
dalam kondisi irradiasi UV, mampu menekan pembentukan 40% malonaldehyde (tidak
berbeda nyata dengan a-tokoferol pada konsentrasi yang
sama) (Kitta et al., 1992). Sedangkan vitexin dan isovitexin yang diisolasi
dari ekstrak kulit gabah buckwheat (Fagopyrum esculentum Moench) tidak
menunjukkan aktivitasnya sebagai peroxy radical scavenger (Watanabe et al.,
1997). Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa kadar flavonoid terikat pada
jagung, gandum, oat dan padi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kadar
flavonoid dalam bentuk bebasnya (Adom dan Rui Hai Liu, 2002) (Gambar 2). Bentuk
flavonoid terikat memiliki koefisien korelasi yang nyata terhadap aktivitas
antioksidan total (r2 = 0,925).
Dalam upaya
mengoptimasi metode penentuan kuantitatif flavonoid dengan HPLC, Hertog et al.
(1992a) telah mendapatkan beberapa senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai
anti-karsinogenik dari sejumlah sayuran dan buah (Tabel 1). Hasil studi
selanjutnya terhadap 28 jenis sayuran dan 9 jenis buah-buahan yang secara umum
dikonsumsi di Belanda (Hertog et al., 1992b), menunjukkan adanya senyawa
quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin dan luteolin.
Pada
penelitian lanjut (Hertog et al., 1993) diketahui pula adanya senyawa-senyawa
flavonoid seperti quercetin, kaempferol, myricetin, apigenin dan luteolin pada
12 jenis teh, 6 jenis minuman anggur dan 7 macam jus buah yang biasa dijumpai
pada pusat-pusat perbelanjaan di Belanda
Flavanoid dan Efek Biologisnya
Fakta
menunjukkan bahwa hampir semua komponen nutrisi yang diidentifikasi berperan
sebagai agen protektif terhadap penyakit-penyakit tertentu dalam
survei/penelitian mengenai diet, sejauh ini mempunyai beberapa sifat
antioksidatif (Deshpande et al., 1985). Pada uraian sebelumnya, telah
dipaparkan bahwa beberapa senyawa flavonoid seperti quercetin, kaempferol,
myricetin, apigenin, luteolin, vitexin dan isovitexin terdapat pada sereal,
sayuran, buah dan produk olahannya dengan kandungan yang bervariasi serta
sebagian besar memiliki sifat sebagai antioksidan. Hal ini telah memperkuat
dugaan bahwa flavonoid memiliki efek biologis tertentu berkaitan dengan sifat
antioksidatifnya tersebut.
Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara asupan
flavonoid dengan resiko munculnya penyakit jantung koroner. Efek
kardioprotektif flavonoid sebagai sumber diet telah ditinjau oleh Cook dan S.
Samman (1996). Antioksidan alami seperti flavonoid yang banyak terdapat pada
minuman dan buah anggur, diketahui memiliki kontribusi dalam menghambat
oksidasi LDL (low density lipoprotein) secara ex-vivo (Kanner et al., 1994).
Produk oksidatif LDL dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah
koroner. Tampaknya aktivitas minuman anggur dalam melindungi LDL manusia dari
oksidasi terdistribusi cukup luas diantara komponen-komponen phenolik utamanya
(Frankel et al., 1995). Kemudian dengan menggunakan Model Oksidasi in Vitro
untuk Penyakit Jantung (in Vitro Oxidation Model for Heart Desease) diketahui
bahwa isoflavon ganeistein dan flavonone hesperetin menunjukkan aktivitas
antioksidan terikat-lipoprotein (IC50) yang lebih tinggi dari tokoferol (Vinson
et al., 1995a). Pada metode yang sama, senyawa flavonol yang terdapat dalam teh
diketahui bersifat sebagai antioksidan yang kuat (Vinson et al., 1995b).
Konsumsi tujuh sampai delapan cangkir teh hijau yang mengandung
epigallocathecingallate (kira-kira 100 mL tiap cangkir) dapat meningkatkan
resistensi LDL terhadap oksidasi in vivo, sehingga dapat menurunkan resiko
terkena penyakit kardiovaskuler (Miura et al., 2000). Hasil dari studi yang
dilakukan oleh Zhu et al. (2000) menunjukkan bahwa senyawa-senyawa flavonoid
alami seperti kaempferol, morin, myricetin, dan quercetin memiliki aktivitas
perlindungan yang bervariasi terhadap penurunan kandungan α-tokoferol dalam LDL
sedangkan kaempferol dan morin kurang efektif dibandingkan dengan myricetin dan
quercetin. Komponen α-tokoferol (bentuk umum vitamin E) dikenal sebagai
antioksidan primer yang dapat melindungi LDL dari oksidasi.
Selain efek
kardioprotektif, telah banyak pula hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
flavonoid mempunyai kontribusi dalam aktivitas anti-proliferatif pada sel
kanker manusia. Diketahui bahwa dari hasil penelitian, tangeretin, suatu
senyawa flavonoid yang terdapat pada citrus, dapat menghambat sel tumor manusia
(Bracke et al., 1994). Manthey dan Najla Guthrie (2002) menyatakan bahwa
senyawa flavone polymethoxylated pada citrus (termasuk senyawa alami dan
sejumlah senyawa analog sintetisnya) menunjukkan aktivitas anti-proliverativ
terhadap 6 jenis sel kanker. Aktivitas yang tinggi dapat dilihat pada
5-desmethylsinensetin, suatu senyawa minor pada kulit jeruk (orange), dengan
nilai rata-rata IC50 dan IC90-nya adalah 1,4 dan 4,4 μM. Sedangkan nilai
rata-rata IC50 dan IC90 untuk kelompok senyawa alami terhadap 6 sel kanker
adalah 7,6 ± 9,4 dan 29,2 ± 39,4 μM.
PERMASALAHAN :
1.
Jelaskan bagaimana
fungsi flavanoid dalam dunia kesehatan ?
2.
Apakah senyawa flavonoid dapat
mengganggu kinerja obat alergi?
3.
Bagaimana
proses kerja flavonoid mengatasi anti-allergic, anti-kobaran, anti-mikroba dan
anti kanker ?
4.
kenapa flavonoid
bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih
mudah larut dalam pelarut semipolar. Apa yang menyebabkan hal itu ?
saya akan menjawab soal nomor 1
BalasHapus1.Senyawa Flavanoid Untuk Menghindari penyakit mematikan
Penyakit – penyakit mematikan seperti penyakit jantung, kanker, dan tumor memang patut untuk dihindari. Dua penyebab timbulnya penyakit ini ialah pola hidup yang buruk dan faktor genetik. Flavanoid akan membantu kita terhindar dari penakit – penyakit mematikan tersebut karena membantu Radikal Bebas agar dapat hidup secara stabil dan tidak merusak sel.
2. Flavonoid Dapat Mencegah penyakit aterosklorosis
Penyakit ateroklorosis adalah penyakit yang menyerang dinding arteri di mana adanya pertumbuhan lemak berlebih dalam bagian tersebut. Tumbuhnya lemak dalam dinding arteri dapat menyebabkan aliran darah terhambat dan tidak mengalir sempura ke otak dan jantung kita.
3. Flavanoid Sebagai Penolak alergi
Senyawa Flavanoid juga dapat berepran sebagai penolak alergi. Flavanoid akan memasang pagar dalam tubuh kita untuk menolah adanya respon atau reaksi negatif dari tubuh terhadap sebuah keadaan.
4.Efektif mengobati alergi :
Manfaat daging ular
Manfaat madu
Manfaat daun mengkudu
5.Flavanoid Efektif Mengusir virus
Karena menstabilakan jalannya Radikal Bebas, Flavanodi juga akan mengusir virus yang dapat menghinggapi sel – sel dalam tubuh. Misalnya sel dalam darah yang mudah sekali terseraang virus.
6.Efektif mengusir virus :
Manfaat daun pepaya
Manfaat air kelapa hijau
Manfaat daun sirsak
7. Flavanoid Efektif Menghindari trombus
Senyawa yang satu ini juga dapat membuat darah merah dalam tubuh kita mengalir tanpa terjadinya penggumpalan atau trombus. Penggumpalan darah dalam tubuh dapat memberi efek yang serius contohnya penggumpalan dalam otak yang dapat menyebaabkan penyakit minengitis.
7. Sebagai anti diare
Diare yang merupakan penyakit yang sering menghinggapi anak – anak dan orang lanjut usia ini memang menjadi masalah yang cukup serius karena sering menghilangkan nyawaa seseorang. Diare yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan memang wajib dihindari dengan memakan makanan yang bersih dan bergizi. Salah satunya makanan yang mengandung sneyawa Flavanoid. Selain itu dijaga juga kebersihan diri sendiri dan lingkungan.
Baik untuk diare :
Manfaat daun jambu biji
Manfaat sirih
Manfaat delima
8. Kekebalan tubuh
Manfaat senyawa flavanoid adalah dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dari seluruhnya ini manfaat yang paling mencakup semuanya. Karena sneyawa Flavanoid memang menjadi senyawa yang membantu tubuh kita untuk menjadi lebih kebal. Atau setidaknya menstabilkan kekebalan tubuh kita.
Baik untuk sistem kekebalan tubuh :
Manfaat telur bebek
Manfaat kulit manggis
Manfaat ikan salmon
Manfaat brokoli
Nah, sebenarnya senyawa Flavanoid sudah sering kita konsumsi seiring kita memakan makanan yang mengandung senyawa ini tanpa kita sadari. Setelah mengetahui lebih jelas mengenai manfaat – manfaat dari senyawa Flavanodi terhadap diri kita, cobalah untuk lebih memperhatikan lagi asupan makanan yang dikonsumsi. Usahakan selalu mengkonsumsi makanan yang mengandung senyawa Flavanoid untuk menangkal Radikal Bebas dalam tubuh kita. Karena setiap tubuh seseorang, baik bayi, anak – anak, remaja, maupun orang dewasa pasti dimasuki Radikal Bebas. Jangan lupa juga untuk didukung dengan asupan lain seperti makanan dan minuman yang kayak akan protein, nutrisi, mineral, dan kalsium.
terimaksih atas jawaban yang anda berikan menurut saya jawaban anda sudah tepat sekali tapi yang ingin saya tanyakan bagaimana cara kerjadari flavanoid ini dalam tubuh dalam penyembuhan penyakit ?
Hapusbaiklah eka saya akan menjawab permasalahan anda no 2 :
BalasHapusFlavonoid merupakan suatu zat dimana merupakan antioksidan banyak terkandung dalam buah dan sayur serta teh. Senyawa ini merupakan senyawa yang dapat membantu sebagai antibakteri, antivirus, anti radang serta bahkan disebutkan dapat membantu mengurangi penyumbatan pembuluh darah jantung. Senyawa ini memang memiliki interaksi dengan obat-obatan tertentu dimana dapat menghalangi metabolisme obat. Selain itu, ia juga dapat berinteraksi dengan sumber vitamin C. Untuk menghindari efek ini, ada baiknya memberikan jarak antara konsumsi obat dan sumber vitamin C selama sekitar 2 jam untuk mengurangi kemungkinan interaksi.
Interhistin sendiri mengandung cetirizine yang merupakan antihistamin, mexon berisi dexamethasone yang merupakan antiradang dan bufacaryl berisi dexamethasone dengan dexchlorpheniramine maleat
terimakasih atas jawaban anda munurut saya jawaban anda sudah baik namun yang saya masih bingung dengan cara kerja flvanoid yang dapat menggau kerja dari obat alergi ?
HapusBaiklaB saya akan menjawab permasalahan no 2
BalasHapusYa, senyawa flavanoid yang terkandung dalam buah Grapefruit, atau jeruk bali merah, adalah salah satu makanan yang cukup banyak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi kerja suatu obat. Grapefruit juga dapat menyebabkan metabolisme dari obat-obatan terganggu, sehingga dapat menurunkan atau meningkatkan kadar obat-obatan dalam darah. Banyak obat yang berinteraksi dengangrapefruit dan menyebabkan hal tersebut terjadi, seperti pada obat antihistamin, obat tekanan darah tinggi, obat untuk penyakit tiroid, pil KB, obat maag, serta obat flu dan batuk. Maka dari itu, sebaiknya menghindarigrapefruit dulu jika sedang mengonsumsi obat-obatan.
baiklah terimaksih atas jawaban anda menurut saya jawaban anda sudah baik sekali dari pertanyaan yang saya ajukan tapi saya ingin menanyakan kembali selain buah diatas apakah ada buah lain yang banyak mengandung flavonoid
HapusSaya ingin mencoba menanggapi permasalahan ke empat saudara ,
BalasHapuskita ketahui bahwa jika kita ingin mengekstraksi suatu sampel maka kita harus tau dulu kriteria apa yang dimiliki oleh zat tersebut, sehingga akan memudahkan kita untuk mengisolasinya. Umumnya flavonoid larut dalam pelarut-pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetil sulfoksida, dimetilformamida, air dan lain-lain. Dalam bentuk glikosida karena adanya gula yang terikat pada flavonoid menyebabkan mudah larut dalam air, dan dengan demikian campuran pelarut diatas dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosidanya. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon dan flavon serta flavonol yang termodifikasi, cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform. Jika zat yang akan kita isolasi itu bersifat polar, semi polar dan non polar maka kita harus juga menggunakan pelarut yang bersifat demikian juga, karena agar sampel yang akan kita isolasi dapat larut dalam pelarut tersebut. Jadi, menurut saya senyawa flavonoid yang bebas yg seperti anda sebutkan tadi bersifat kurang polar sehingga harus menggunakan pelarut semi polar juga. Dan jika dilakukan dengan pelarut polar maka zat tersebut tidak akan larut seluruhnya sehingga zat yang didapat pun tidak akan maksimal.
baik lah terimaksih atas jawaban anda menurut saya jawaban munurut saya jawaban anda sudah baik tapi jika menggunakan pelarut non polar apa yang terjadi ?
Hapus